Friday, December 20, 2013

laporan praktikum efek foto listrik

EFEK FOTOLISTRIK

Muh. Sugiarto

Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar

Abstrak. Efek Fotolistik adalah satu dari gejala lepasnya elektron dari permukaan suatu benda. Bila seberkas cahaya (yang memenuhi syarat tertentu) jatuh pada permukaan suatu benda maka elektron-elektron pada permukaan benda itu akan terbebaskan dari ikatannya sehingga elektron-elektron tersebut terlepas.  Percobaan efek fotolistrik dirancang untuk menentukan nilai fungsi kerja sel foto, konstanta  Planck, dan tenaga kinetik maksimum fotoelektron. Melalui percobaan ini diperoleh nilai tetapan Planck sebesar  ( . Efek foto listrik sendiri merupakan peristiwa loncatan elektron dari suatu plat karena pegaruh cahaya yang datang. Dimana energi kinetik elektron dapat diketahui dari potensial  penghenti  melalui hubungan . Dengan hubungan energi kuantum Planck dapat diperoleh nilai tetapan Planck h ( ).  Melalui percobaan fotolistrik dapat pula diketahui bahwa laju pemancaran elektron dipengaruhi oleh intensitas cahaya namun tidak terpengaruh oleh panjang gelombang cahaya yang digunakan. Energi kinetik maksimum fotoelektron juga tidak tergantung intensitas cahaya, namun hanya bergantung pada panjang gelombangnya, dengan frekuensi dan energi kinetik berhubungan secara linear.


KATA KUNCI: efek fotolistrik, potensial pengganti,  




PENDAHULUAN

Ahli fisika Inggris James Clerk Maxwell mengemukakan bahwa setiap perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet, dan setiap perubahan medan magnet akan memicu munculnya medan listrik. Selanjutnya Maxwell menunjukkan bahwa kelajuan gelombang elektromagnetik dalam ruang hampa sama dengan  kelajuan gelombang cahaya. Akhirnya Maxwell menyimpulkan bahwa cahaya terdiri dari gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata. Pada pemahaman fisika klasik (sebelum abad ke-19), konsep gelombang elektromagnetik dari cahaya belum mendapat dukungan eksperimental. Kemudian  ahli fisika Jerman Heinrich Hertz tahun 1888 membuktikan bahwa gelombang elektromagnetik  benar adanya dan berperilaku tepat seperti ramalan Maxwell. Dalam eksperimennya, Hertz mendapati bahwa percikan sinar pada transmi terterjadi bila cahaya ultra ungu diarahkan pada salah satu logam. Selanjutnya, ditemukan bahwa penyebab percikan ini adalah elektron yang terpancar bila frekuensi cahaya cukup tinggi. Gejala percikan elektron tersebut kemudian dikenal dengan efek fotolistrik. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek fotolistrik merupakan salah satu tonggak sejarah kelahiran fisika kuantum. Untuk merumuskan teori yang cocok dengan eksperimen, kita dihadapkan pada situasi dimana paham klasik yang selama puluhan tahun diyakini sebagai paham yang benar, terpaksa harus dirombak. Paham yang dimaksud adalah konsep cahaya sebagai gelombang tidak dirombak, fenomena efek fotolistrik tidak dapat dijelaskan secara baik. Paham yang baru yang mampu menjelaskan secara teoritis fenomena efek fotolistrik adalah bahwa cahaya sebagai partikel namun demikian, munculnya paham baru ini menimbulkan polemik baru. Penyebabnya adalah bahwa paham cahaya sebagai gelombang telah dibuktikan kehandalannya dalam menjelaskan sejumlah besar fenomena yang berkaitan dengan fenomena difraksi, interferensi, dan polarisasi. Sementara itu, fenomena yang disebutkan tadi tidak dapat dijelaskan berdasarkan paham cahaya sebagai partikel. Untuk mengatasi itu, para ahli sepakat bahwa cahaya memiliki sifat ganda, sebagai gelombang dan sebagai partikel. Oleh karena itu, kami mengeksperimenkan percobaan efek fotolistrik untuk mengetahui secara mendalam tentang perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum dan cara menentukan kosntanta planck.



TEORI


Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu pada saat permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja) logam. Efek fotolistrik sebenarnya telah diketahui oleh Hertz pada tahun 1887, bahwa apabila suatu cahaya dikenakan pada logam tertentu, maka dapat terjadi lucutan electron dari permukaan logam tersebut. Sumbangan pemikiran dari Albert Einstein dalam masalah ini menguatkan gagasan max planck tentang kuantisasi energi dan sekaligus membuktikan bahwa cahaya (foton) yang mengenai logam bersifat partikel. Dengan demikian, gagasan Max Planck yang semula masih diragukan, akhirnya dapat diterima secara luas[1].
Penjelasan menurut fisika klasik, tentu saja didasarkan pada faham bahwa cahaya sebagai gelombang. Menurut paham ini, sesungguhnya tidaklah mengherankan jika cahaya mampu melepaskan `elektron dari logam. Sebab, sebagai gelombang, cahaya membawa energy yang dapat diberikan kepada electron sehingga electron mampu melepaskan diri dari ikatanya dan bergerak dengan energy kinetic tertentu. Semakin besar intensitas cahaya, semakin besar pula energy yang dapat diberikan kepada electron. Lepas tidaknya electron akibat penyinaran ini bergantung pada cukup tidaknya energy yang dikumpulkan electron untuk melepaskan diri dari ikatannya. Namun demikian, ada beberapa fakta eksperimen yang tidak dapat dijelaskan oleh fisika klasik[2].
Einstein mempostulatkan bahwa energi yang dibawa oleh cahaya terdistribusi secara kontinu sebagaimana dinyatakan oleh teori gelombang. Paket-paket energy ini akan tetap terlokalisir (tidak memudar) ketika bergerak menjauhi sumbernya. Dengan demikian, paket-paket energy ini berperilaku sebagai partikel: kehadirannya terlokalisir, artinya pada saat tertentu akan menempati ruangan yang sangat terbatas dan tertentu. Selanjutnya, bak partikel ini disebut foton. Karena foton selalu bergerak dengan laju c maka menurut teori relativitas, massa foton haruslah 0. energi foton bergantung pada frekuensinya, yaitu