Wednesday, October 12, 2016

Makalah Penerapan Teori Konstruktisme pada Pendidikan di Sekolah

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Melalui pendidikan, kecerdasan dan potensi manusia dapat diasah agar lebih baik lagi dalam membangun mutu pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya memberikan perhatian terhadap dunia pendidikan agar dapat menghasilkan generasi muda yang terdidik dan terpelajar. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yakni memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Seorang guru sebagai sumber belajar harus mampu memberi pengaruh baik terhadap lingkungan belajar siswa sehingga timbul reaksi peserta didik untuk mampu mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Untuk dapat berpikir aktif siswa harus dibiasakan untuk membangun pemikirannya sendiri. Membangun suatu pemikiran dapat dimulai dengan memberikan suatu rangsangan, karena di dalam pemikiran sudah terdapat pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Berdasarkan paham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Disini peserta didik harus membangun suatu pengetahuan berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran konstruktivisme menekankan peserta didik belajar untuk menyusun atau mengkontruksikan sendiri pengetahuannya dengan menemukan, menggali, dan memecahkan masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mencoba memaparkan tentang “Penerapan Teori Konstruktivisme dalam Pendidikan di Sekolah”.

B.       Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian dan ruang lingkup teori konstruktivisme?
2.        Bagaimanakah menerapkan teori konstruktivisme pada pembelajaran di sekolah?

C.      Tujuan
1.        Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup teori konstruktivisme .
2.        Untuk mengetahui menerapkan teori konstruktivisme pada pembelajaran di sekolah.






BAB II
PEMBAHASAN

A.       Teori Konstruktivisme
Asal kata konstruktivisme yaitu “to construct” yang berarti “membentuk”. Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan memiliki pengetahuan apabila kita terlibat dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya dalam diri kita. Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan perolehan individu melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar. (Benny, 2009)
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. (Annisa : 2011).
Konstruktivisme yang merupakan pandangan terbaru di mana pengetahuan akan dibangun sendiri oleh pelajar berdasarkan pengetahuan yang ada pada mereka. Makna pengetahuan, sifat-sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan berpengetahuan, menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme. Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifat kontekstual daripada absolut, yang memungkinkan adanya penafsiran jamak (multiple perspektives) bukan hanya satu perspektif saja. Hal ini berarti bahwa “pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain. Sagala (2011 :88).
Konstruktivisme merupakan suatu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan kita sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari fikiran guru ke fikiran siswa, artinya bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru (Amri dan Ahmadi, 2010:148)
B.          Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Berdasarkan paham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Disini peserta didik harus membangun suatu pengetahuan berdasarkan pengalamannya dan hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. (Hapsari, 2011:34)
Menurut Daffy dan Cunningham dalam Benny (2009 : ) mengemukakan dua hal yang menjadi esensi dari pandangan konstruktivisme dalam aktivitas pemelajaran, yaitu:
1.    Belajar lebih diartikan sebagai proses aktiv membangun daripada sekedar memperoleh pengetahuan
2.    Pembelajaran merupakan proses yang mendukung proses pembangunan pengetahuan daripada hanya sekedar mengkomunikasikan pengetahuan.
Menurut Trianto (2007:108), landasan berfikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru harus memfasilitasi proses tersebut dengan:
a.    Menjadikan pengetahuan  bermakna dan relevan bagi siswa.
b.    Memberikan kesempatan bagi siswa menemukan dan menemukan idenya sendiri.
c.    Memberikan kesempatan bagi siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
   Prinsip-prinsip yang sering diambil dari pembelajaran konstruktivisme menurut Suparno dalam Trianto, 2010:76, antara lain:
1)      Pengetahuan dibangun secara aktif
2)      Tekanan dalam proses belajar teletak pada siswa
3)      Mengajar adalah membantu siswa belajar
4)      Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir
5)      Kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan
6)      Guru sebagai fasilitator
Menurut Siroj (2004), ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivisme adalah :
1)   Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.
2)   Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
3)   Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu konsep melalui kenyataan kehidupan sehari-hari.
4)   Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerjasama antara siswa, guru, dan siswa-siswa.
5)   Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
6)   Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga menjadi menarik dan siswa mau belajar
Berdasarkan ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini dipaparkan tentang penerapan di kelas.
a)      Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar, dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berate telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri .
b)      Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespons, berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara-cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.
c)      Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respons faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.
d)     Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
e)      Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
f)       Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama dan materi-materi interaktif
Menurut Endang Rahayu (2009:254-255) implikasi pembelajaran kontruktivisme dalam pebelajaran meliputi 4 tahap yaitu
a)      Apersepsi
Dalam tahap ini siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengkaitkannya dengan konsep yang akan dibahas. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut.
b)      Eksplorasi
Di tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian dan mengintepretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Secara keseluruhan tahap ini akan terpenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena dalam lingkungannya.
c)      Diskusi dan penjelasan konsep
Saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasi siswa, ditambah dengan penguatan guru. Selanjutnya siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari.
d)     Pengembangan dan aplikasi
Guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.



Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan memotivasi peserta didik
Pendidik menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Pendidik menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan
Fase 3
 Mendorong dan melatihkan konstruk-tivisme
Pendidik menjelaskan pada peserta didik bagaimana caranya belajar mandiri dan membantu peserta didik agar menjadikan infomasi sebagai miliknya sendiri
Fase 4
Memeriksa dan mem- berikan umpan balik
Pendidik memeriksa pemahaman peserta didik terhadap materi dan memberikan umpan balik bagi peserta didik yang bertanya
Fase 5
Evaluasi
Pendidik mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberi penghargaan
Pendidik mencari cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Hapsari (2011) menyebutkan bahwa, ada lima unsur penting dalam lingkungan pembelajaran yang konstruktivisme, yaitu:
a. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa
Kegiatan belajar ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang dimilikinya.

b. Pengalaman belajar yang otentik dan bermakna
Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu dalam melakukan pembelajaran hendaklah yang dapat menimbulkan minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa.

c. Adanya lingkungan sosial yang kondusif.
Siswa diberi kesempatan untuk bias berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai konteks sosial.

d. Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri
Siswa didorong untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu, siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya.

e. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah
IPA bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran IPA harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang “kehidupan” ilmuwan.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.      Asal kata konstruktivisme yaitu “to construct” yang berarti “membentuk”. Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan memiliki pengetahuan apabila kita terlibat dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya dalam diri kita. Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan perolehan individu melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar.
2.        Pembelajaran Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Berdasarkan paham konstruktivisme dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Disini peserta didik harus membangun suatu pengetahuan berdasarkan pengalamannya dan hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Adapun penerapan pembelajaran konstruktivisme di kelas, yaitu:
a)      Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar, dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berati telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri .
b)      Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespons, berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara-cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.
c)      Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respons faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.
d)     Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya
e)      Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
f)       Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama dan materi-materi interaktif

B.  Saran

Berdasarkan beberapa pemaparan yang telah disampaikan di atas, setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca teori kontruktivisme, terutama penerapanya dalam pendidikan di Sekolah. Sehingga, pembaca dapat mengambil hal-hal positif dari makalah ini. 

No comments:

Post a Comment