BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Konsumsi
batubara didunia diperkirakan akan
terus menerus dari waktu ke waktu
terutama dikawasan Asia. Cadangan batubara lignit terhitung sekitar 48% dari
total cadangan batubara didunia, sementara itu
di Asia cadangan bat ubara lignit
mencapai 30%, sedangkan di Indonesia mencapai 60% dari total cadangan batubara.
Meskipun jumlah batubara lignit yang dikonsumsi terhitung sekitar 30% dari
total produksi batubara dunia. Jumlah yang dikonsumsi di Asia terhitung hanya
10% dari t otal produksi batubaranya.
Terutama di Indonesia, praktek
– praktek p enambangan cenderung
batubara bitumine dan sub-bitumine yang kualitasnya lebih
tinggi yang
lebih banyak ditambang dan diproduksi karena memproduksi batubara lignit kurang ekonomis dan ti da
k dapat memenuhi kriteria pasar. Dengan
demikian dapat diprediksi bahwa yang
tersisa dimasa mendatang adalah
sejumlah besar cadangan batubara lignit yang tidak bisa dimanfaatkan. Oleh karena peluang untuk mengisi potensi
pasar batubara masih terbuka luas, baik dipakai langsung sebagai sumber energi
pada pembangkit listrik maupun dieksport keluar negeri, maka promosi
pemanfaatan akan batubara lignit harus sedini mungkin dijadikan isu yang amat
penting bagi Indonesia. Untuk menaikkan
kualitas batubara ligni t menjadi batubara yang kualitasnya seperti batubara
antrasit agar bisa dimanfaatkan, oleh karena itu perlu adanya teknologi
peningkatan ku alitas batubara lignit.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian batubara?
2.
Apa
saja jenis-jenis batubara?
3.
Bagaimana
nilai panas batubara?
C. Tujuan
1.
Mengetahui
definisi batubara.
2.
Mengetahui
jenis-jenis batubara.
3.
Mengetahui
nilai kalor batubara.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Batubara
Batubara adalah substansi heterogen yang dapat
terbakar dan terbentuk dari banyak komponen yang mempunyai sifat saling
berbeda. Batubara dapat didefinisikan sebagai satuan sedimen yang terbentuk
dari dekomposisi tumpukan tanaman selama kira-kira 300 juta tahun. Dekomposisi
tanaman ini terjadi karena proses biologi dengan mikroba dimana banyak oksigen
dalam selulosa diubah menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
Kemudian perubahan yang terjadi dalam kandungan bahan tersebut disebabkan oleh
adanya tekanan, pemanasan yang kemudian membentuk lapisan tebal sebagai
akibat pengaruh panas bumi dalam jangka waktu berjuta -juta tahun,
sehingga lapisan tersebut akhirnya memadat dan mengeras. Pola yang terlihat
dari proses perubahan bentuk tumbuh–tumbuhan hingga menjadi batubara yaitu
dengan terbentuknya karbon. Kenaikan kandungan karbon dapat menunjukkan
tingkatan batubara. Dimana tingkatan batubara yang paling tinggi adalah
antrasit, sedang tingkatan yang lebih rendah dari antrasit akan lebih banyak
mengandung hidrogen dan oksigen.
Batubara
adalah benda padat berwarna coklat hingga hitam, kekerasannya kurang dari 3
skala mohs disebut ‘’Paytogenous rock’’ atau batuan
berasal dari diagnesia tumbuhan (flora)
sebagai mineral energy berupa batuan yang dapat dibakar membara dan memberikan
energi panas berkomposisi organic maseral sedikit mineral dengan penyusun unsur
utama yaitu karbon (C), serta sedikit unsur oksigen (O), hidrogen (H), dan
nitrogen (N). Sifat kimia berbagai jenis batubara ditentukan oleh jenis dan
jumlah unsur kimia yang terkandung dalam
tumbuh-tumbuhan asalnya.
Selain kandungan C, H dan O juga terdapat kandungan
lain yaitu belerang (S), nitrogen (N) , dan kandungan mineral lainnya seperti
silica, aliminium, besi, kalsium dan magnesium yang pada saat pembakaran
batubara akan tertinggal sebagai abu. Karena batubara merupakan bahan galian
fosil padat yang sangat heterogen, maka batubara mempunyai sifat yang
berbeda – beda apabila diperoleh dari lapisan yang
berbeda – beda. Bahkan untuk satu lapisan dapat menunjukkan sifat yang berbeda pada
lokasi yang berbeda pula.
Adapun beberapa unsur dan kondisi
yang menyebabkan suatu tumbuh-tumbuhan itu bisa
berubah menjadi batubara antara lain yaitu:
- Bakteri pembusuk
- Temperature
- Waktu
- Tekanan
Waktu pemanasan juga merupakan hal yang berpengaruh
terhadap tingkat pematangan batubara, dimana waktu pemanasan yang lebih lama
akan menghasilkan tingkat pematangan batubara yang lebih tinggi. Oleh karena
itu batubara yang berumur lebih tua akan mempunyai tingkat pembatubaraan
(Coalitification) yang lebih tinggi.
Tekanan juga merupakan pengaruh terhadap proses
pematangan batubara, hanya saja pengaruhnya relative kecil bila dibandingkan
dengan temperature dan waktu dalam hal ini tekanan hanya berfungsi untuk
memadatkan bahan organic dan menekan keluar kandungan air yang ada di dalam
batubara.
Perubahan
komposisi kimia jenis batubara mulai dari jenis gambut (Peat) sampai pada jenis
antrasit disebut tingkatan batubara (Coal rank). Tingkatan atau peringkat
batubara dapat ditentukan dengan berpedoman pada beberapa parameter yang sangat
penting diantaranya adalah analisis ultimat dan analisis proksimat.
B.
Proses
Terbentuknya Batubara
Batubara
terbentuk sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati dengan cara yang sangat kompleks
dan memerlukan waktu yang
sangat lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) yang dipengaruhi oleh
proses fisika dan kimia ataupun keadaan geologi. Komposisi kimia batubara hampir sama dengan
komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri
dari unsur C, H, O, N, S, P. hal ini mudah dimengerti karena batubara terbentuk
dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses pembatubaraan
(coalification).
Apabila jaringan tumbuhan dibakar
dalam suasana reduksi, yaiitu dengan cara sesudah jaringan tumbuhan disulut
dengan api kemudian diatas tumpukan ditutup tanah agar tidak berhubungan dengan
udara luar (agar jaringan tumbuhan tidak terbakar) maka jaringan tumbuhan
(kayu) akan menjadi arang kayu. Agar nyala api yang ada di dalam kayu mati,
maka kayu tersebut segera disiram dengan air sehingga terbentuknya arang kayu.
Makin keras kayu yang dipergunakan sebagai bahan baku, arang kayu yang
dihasilkan mutunya makin baik. Komposisi kimia utama arang kayu serupa dengan
komposisi kimia utama batubara.
Perbedaannya, arang kayu dapat
dibuat sebagai hasil rekayasa dan inovasi manusia selama jangka waktu yang
pendek, dengkan batubara terbrntuk oleh proses alam selama jangka waktu ratusan
hingga ribuaan juta tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak
parameter yang akan berpengaruh pada pembentukan batubara. Makin tinggi
intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu barubara yang
terbentuk.
C. Jenis-Jenis
Batubara
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks
dan memerlukan waktu yang lama (puluhan sampai jutaan tahun) dibawah pengaruh
fisika, kimia, ataupun keadaan geologi. Berdasarkan dari mutu atau tingkatannya batubara dikelompokkan
menjadi kelas :
1.
Lignit
Lignit merupakan batubara peringkat rendah dimana kedudukan
lignit dalam tingkat klasifikasi batubara berada pada daerah transisi dari
jenis gambut ke batubara. Lignit adalah
batubara yang berwarna hitam dan memiliki tekstur seperti kayu.
2.
Sub-bitumine
Batubara jenis ini merupakan peralihan antara jenis
lignit dan bitumine. Batubara jenis ini memiliki warna hitam yang mempunyai
kandungan air, zat terbang, dan oksigen yang tinggi serta memiliki kandungan
karbon yang rendah. Sifat-s ifat tersebut menunjukkan bahwa batubara jenis sub
-bitumine ini merupakan batubara tingkat rendah.
3.
Bitumine
Batubara jenis ini merupakan batubara yang berwarna
hitam dengan tekstur ikatan yang baik.
4.
Antrasit
Antrasit merupakan batubara paling tinggi tingkatan
yang mempunyai kandungan karbon lebih dari 93% dan kandungan zat terbang kurang
dari 10%. Antrasit umumnya lebih keras, kuat dan seringkali berwarna hitam mengkilat seperti kaca.
D. Minyak
Tanah
Minyak bumi atau petroleum adalah cairan kental
berminyak yang mudah terbakar. Minyak bumi terbentuk secara alamiah dalam
endapan didalam tanah. Selama jutaan tahun, sisa–sisa tanaman dan binatang
tertumpuk kedasar laut yang dalam.
Begitu lautan surut, materi tanaman tertutup oleh lapisan endapan
seperti pasir, tanah liat, dan materi lainnya. Karena terkubur jauh di bawah
lapisan tanah, materi tanaman dan binatang itu sebagian membusuk menjadi minyak
mentah yang akhirnya meresap ke ruangan–ruangan
diantara lapisan batu. Karena lempeng tektonik bergerak, batuan terlipat
menjadi lipatan–lipatan sehingga petrolium terkumpul dalam kantong–kantong.
Biasanya minyak mentah muncul ke permukaan karena tekanannya sendiri. Setelah
itu harus dipompa atau dipaksa naik dengan penyuntikan air, gas atau udara.
Lalu, jaringan pipa atau tanki membawa minyak mentah ke pengilangan. Di
pengilangan minyak, minyak mentah diubah menjadi gas alam, bensin, aspal, bahan
bakar diesel dan minyak tanah.
Minyak tanah dengan specific gravity pada 60/60oF
max 0,835 merupakan komponen kimia dari
minyak bumi yang dipisahkan dengan proses distilasi kemudian setelah diolah lagi menjadi minyak
tanah,dll. Minyak bumi terdiri dari
campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon yang
sebagian besar seri alkana tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan
kemurniannya. Miny ak tanah terbuat dari rantai diwilayah C10 sampai C15 Senyawaan dari minyak bumi ini
semua dalam bentuk cair dalam suhu ruangan.
Minyak tanah memiliki titik didih antara 150oC – 300oC dan tidak berwarna. Digunakan selama bertahun
– tahu n sebagai alat bantu
penerangan, memasak, water heating, dll yang umumnya merupakan pemakaian
domestik (rumahan).
E. Minyak
Residu
Minyak residu merupakan produk bawah dari proses
distilasi minyak bumi. Merupakan fraksi paling berat dari minyak mentah,
biasanya dijual sangat murah dan kadang –
kadang hanya dianggap sebagai prod uk samping dari kilang. Komposisi dari residu dipengaruhi oleh jenis
minyak dan jenis proses pemurnian (refinery) yang digunakan. Jumlah yang
dihasilkan tiap minyak mentah akan berbeda, begitu juga dengan sifat residu
yang akan dihasilkan. Minyak residu (residu minyak bumi) terdiri dari gugus
hidrokarbon serta gugus heteroatom seperti sulfur, nitrogen, oksigen, logam
(Fe,Ni,V ). Heteroatom merupakan
elemen –
elemen lain dalam residu selain
karbon dan hi drogen. Sulfur 2 -7% berat, nitrogen 0,2 -0,7% berat,
oksigen 1% berat, Vanadium 100-1000 ppm
dan nikel 20-200 ppm. Minyak residu diyakini mempunyai kandungan hidrogen yang
tinggi dan mampu sebagai donor hydrogen.
Minyak residu yang digunakan selain membantu dalam memutuskan gugus oksigen, menjaga
kestabilan kadar air bawaan batubara pasca proses juga dapat menurunkan
temperatur proses yang digun akan.
Pada penelitian ini menggunakan
minyak residu dengan titik didih >300oC. Pemanfaatan residu dari kilang minyak
merupakan terobosan baru untuk mensinergikan pabrik batubara muda dengan kilang
minyak. Keuntungan lain dari penggunaan minyak
residu adalah meningkatnya kelayakan teknis minyak yang dihasilkan seperti
berkurangnya senyawa aromatis yang bersifat racun, dan meningkatkan an gka setana produk fraksi diesel.
F. Peningkatan
Nilai Kalor Batubara
Semakin tinggi
suhu pencampuran bahan, semakin tinggi pula nilai kalor. Hal ini disebabkan
karena pada keadaan itu terjadi pelepasan senyawa organik (volatile matter), kadar air dan kadar
abu semakin menurun serta fixed carbon
meningkat sehingga akan meningkatkan nilai kalor. Nilai kalor tertinggi terdapat pada suhu 200oC
dan waktu 70 menit yaitu dengan nilai 6692 Kcal/kg. Suhu dan waktu campuran
batubara, minyak tanah dan minyak residu
berpengaruh terhadap peningkatan nilai kalor batubara.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Batubara adalah substansi heterogen yang dapat
terbakar dan terbentuk dari banyak komponen yang mempunyai sifat saling
berbeda. Batubara memiliki beberapa jenis, antara lain: Lignit, Sub-bitumine,
Bitumine, Antrasit. Semakin tinggi suhu pencampuran bahan, semakin tinggi pula
nilai kalor. Hal ini disebabkan karena pada keadaan itu terjadi pelepasan
senyawa organik (volatile matter), kadar
air dan kadar abu semakin menurun
serta fixed carbon meningkat sehingga akan meningkatkan nilai
kalor.
No comments:
Post a Comment